Kamis, 15 Agustus 2013

Menunggu Dalam Diam :')

     Kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu dan suara lembutmu berlalu tanpa pernah kuingat-ingat. Awalnya, semua berjalan sederhana. Kita bercanda dan kita tertawa, segala percakapan itu hanya tercipta melalui suara hangat ditelephone. Perhatian yang mengalir darimu dan pembicara manis kala itu hanya ku anggap sebagai hal yang tak perlu dimaknai dengan luar biasa.
     Kehadiranmu membawa perasaan lain, ada yg hilang jika sehari saja aku tak mendengarkan desiran suaramu. Ya! Benar-benar ada hilang, sosokmu telah menjadi sesuatu yg berarti dalam hidupku.
     Sungguh, aku masih tak percaya segalanya bisa berjalan secepat dan sekuat ini. Aku terus meyakinkan diriku sendiri, bahwa ini bukan cinta. Ini hanya ketertarikan sesaat karena aku merasakan sesuatu yang baru dalam hadirmu. Aku berusaha memercayai bahwa perhatianmu, candaanmu, dan caramu mengungkapkan pikiranmu adalah dasar nyata pertemanan kita.
     Salahku memang jika mengartikan tindakanmu sebagai cinta. Tapi, aku juga tak salah bukan jika berharap bahwa kamu juga punya perasaan yang sama? Ya! Kau juga pernah mengatakannya, namun aku tidak tau maksud dan tujuanmu mengatakan itu, apakah hanya sebuah harapan kecil untukku? Kamu sudah jadi sebab tawa dan senyumku, aku percaya kau tak mungkin membuatku sedih dan kamu tak akan jadi sebab air mataku. Aku percaya kamulah kebahagiaan baru yang akan memberiku sinar paling terang. Aku sangat memercayaimu, sangat! Dan mungkin, itulah kesalahanku. Mungkin emang aku yg terlalu salah, yg menganggap semuanya itu adalah cinta, yg begitu saja menganggap lebih semua tindakanmu. Aku tidak mengerti maksud dari semua ini, ketika aku telah berangan, kau hancurkan anganku kau hempaskan aku lebih dari terjatuh.
     Ternyata, ketakutanku terjawab sudah, kamu menjauhiku tanpa alasan yang jelas. Kamu pergi tanpa ucapan dan pamit. Aku terpukul dengan keputusan yang tak kau sampaikan padaku, tapi pantaskah aku marah? Aku tak pernah jadi siapa-siapa bagimu, mungkin aku hanya persinggahan, bukan tujuan. Kalau kau ingin tahu, aku sudah merancang berbagai mimpi indah yang ingin kuwujudkan bersamamu. Mungkin, suatu saat nanti, jika Tuhan izinkan, aku percaya kita pasti bisa saling membahagiakan.
     Ada sesuatu mengganjal dalam hatiku. Entah mengapa, saat melihat matamu, aku seperti takut pada rasa kehilangan. Sepertinya aku tau, kamu tak rasakan hal yg sama. Tapi kenapa? Kenapa ini terjadi setelah apa yg kita lalui. Apa kamu memang sengaja melakukannya? Aku tidak tau, dan aku tidak ingin tau jawabannya, cukup aku yg rasakan. Aku cukup kuat menahan diri agar tak menangis di depanmu. Aku pernah ada dalam masa merasa special karena lebih dari dekat denganmu.
     Aku tak punya hak untuk memintamu kembali, juga tak punya wewenang untuk memintamu segera pulang dan masuk dalam hatiku. Masih adakah yang perlu kupaksakan jika bagimu aku tak pernah jadi tujuan? Tidak munafik, aku merasa kehilangan. aku telah terbiasa dengan candaan dan perhatian kecilmu, namun segalanya tiba-tiba hilang menguap, bagai asap rokok yang hilang ditelan gelapnya malam.
     Ujung dari pelupuk mataku pun telah rutin menjatuhkan air, entah mengapa bendungan itu sepertinya tak bisa tertahankan lagi, aku mencoba untuk menghapusnya dan menghentikannya, tapi ternyata tenunan-tenunan air itu tetap mengalir membasahi pipi dan bibir.
     Ini adalah akhir dari ceritaku, aku harus belajar tak peduli, aku harus belajar memaafkan, juga merelakan dan aku juga harus belajar mencintai, merundukan dalam diam..
     Terhitung dari hari ini..
     Aku berhenti berharap
     Aku berhenti menunggu
     Aku berhenti mengusikmu
     Karena aku tau, itu yang kamu inginkan..
     Dan, terhitung dari hari ini..
     Aku mulai mencintaimu dalam diam
     Aku mulai merindukanmu dalam sepi
     Aku selalu bertahan dengan perasaan ini
     Dan kau harus tau, Aku tetap menanti
     Tanpa kamu mengetahuinya..
     -Terimakasih-